Minggu, 12 Juni 2011

Laporan Agronomi Perbanyakan Vegetatif - Acara 2


ACARA 2
PERBANYAKAN VEGETATIF

I.    Tujuan
       Mahasiswa dapat melakukan teknik perbanyakan tanaman secara vegetative.

II.   Dasar Teori
Perbanyakan tanaman dalam pertanian terbagi menjadi dua, yaitu perbanyakan generative dan perbanyakan vegetative. Perbanyakan secara generative dilakukan dengan menanam biji tanaman terseleksi hingga menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak, sedangkan perbanyakan secara vegetative merupakan perbanyakan yang menggunakan bagian aseksual tanaman seperti batang, daun, ranting, cabang, dan akar untuk mendapatkan tanaman baru. Perbanyakan secara vegetative dapat dibagi menjadi beberapa cara: (1) cangkok (air layerage), (2) merunduk (ground layerage), (3) setek, (4) penyambungan (grafting), (5) okulasi (budding).

III. Metode Praktikum

3.1  Waktu dan tempat  percobaan : Lingkungan Gedung OECF Faperta Unmul.
Waktu :

3.2  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah untuk sambung (batang atas yaitu batang tanaman singkong karet dan batang bawah adalah tanaman singkong biasa) untuk cangkok (tanaman buah-buahan), untuk stek (sesuai pembagian kelompok), untuk okulasi (tanaman karet), media tanam, polybag.
Alat yang digunakan adalah gunting stek, pisau okulasi, plastic atau raffia, bokashi, rootne F.

3.3  Cara Kerja
1.    Cangkok (air layerage)
Tahapan dalam mencangkok antara lain:
a.                 Menentukan pohon induk.
-          Pohon induk sudah cukup tua.
-          Pohon induk telah berbunga bagi tanaman hias, dan berbuah bagi tanaman buah-buahan.
-          Penampilan pohon induk tegar, kuat dan sehat, bebas hama penyakit.
-          Pohon induk harus banyak bercabang.
b.                   Memilih cabang.
-          Besar cabang dengan diameter sekitar 2 cm.
-          Bentuk cabang tegap dan mulus.
-          Cabang berwarna coklat muda.
-          Jumlah daun pada cabang harus banyak jumlahnya.
-          Arah cabang keatas atau kesamping dan rajin berbuah.


c.               Menyayat cangkok.
Penyayatan kulit cabang berdasarkan diameternya dibagi menjadi dua yaitu penyayatan kulit pada cabang besar (berdiameter diatas 2 cm) dan cabang kecil (berdiameter kurang dari 2 cm). pada cabang besar, penyayatan pada bagian atas dibuat sayatan bergerigi melingkari cabang, selanjutnya pada jarak sekitar 5-7 cm dibawahnya dibuat keratin lurus melingkari batang. Hubungkan kedua keratin tersebut dengan keratin membujur. Dari keratin melintang inilah kulit kayu mulai disayat dengan pisau. Pada cabang kecil penyayatan sama seperti diatas, akan tetapi bedanya sayatan bagian atas berbentuk garis lurus melingkari cabang.
d.    Pembersihan cambium.
Setelah cabang disayat kulitnya, maka tahap selanjutnya adalah pembersihan cambium. Tujuannya agar pertumbuhan akar tidak terganggu. Untuk menghilangkan cambium dapat dilakukan dengan cara mengerik cambium dengan pisau secara perlahan lahan atau menggosok cambium dengan kain atau kertas bersih. Sayatan yang telah dikerik kambiumnya, tidak dapat langsung diberikan media, melainkan harus dikeringkan. Waktu pengeringan berbeda setiap jenis tanaman. Bagi tanaman yang tidak bergetah, waktu pengeringan 2-4 hari, sedangkan tanaman yang bergetah akan memakan waktu 2-3 minggu. Contoh tanaman yang bergetah adalah nangka dan sawo.
e.    Pemberian media dan pembungkisan cangkok.
Sebelum memberikan media terlebih dahulu pada irisan atas diberi ZPT. ZPT tersebut ada yang berbentuk larutan dan ada yang berbentuk tepung. ZPT yang berbentuk tepung dapat diberikan setelah dibuat pasta terlebih dahulu, seperti Rooton F, sedangkan yang berbentuk cair dapat diberikan pada media cangkok.
Selain ZPT, pada media cangkok diberikan juga pupuk, baik NPK, maupun pupuk daun. Pupuk NPK dapat diberikan setelah dilakukan penhenceran terlebih dahulu, dengan konsentrasi 5%. Demikian juga apabila menggunakan pupuk daun yaitu dengan memberikan 2 cc/L air.
Tahap yang terakhir adalah membungkus sayatan. Pembungkusan media tanah yang dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan media sabut kelapa memerlukan teknik tertentu. Pertama ikat dulu bagian bawah lembaran pembalut 6 cm dibawah sayatan. Lalu media yang telah dibasahi itu diisikan kedalam pembalut, kemudian dirapikan dan pembalut diikat di bagian atasnya.
f.     Pemeliharaan cangkokan.
Dalam pemeliharaan cangkokan yang perlu diperhatikan adaah menjaga kelembaban media cangkok. Ada 3 carapemeliharaan kelembaban cangkok, yaitu:
·         Penyuntikan ke dalam media
·         Ikatan pembungkus bagian atas sedikit terbuka, sehingga air hujan yang turun melalui ranting dapat masuk kedalam pembalut cangkokan
·         Bila musim kemarau cara kedua dapat dimodifikasi dengan meletakkan tabung bamboo di bagian atas media cangkok. Bagian dasar bamboo dilubangi.


g.    Pemotongan dan Penyemaian cangkok.
Jika terlihat akar cangkok sudah tumbuh dalam jumlah cukup banyak, dengan criteria sudah banyak terlihat muncul diluar media cangkok, maka pemotongan cangkok dapat dilakukan.
Cangkok yang telah dipotong, sebaiknya jangan langsung ditanam dilapangan, karena suhu akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit dilapangan. Oleh karena itu, bibit cangkok perlu dibiarkan beberapa saat untuk beradaptasi dengan lingkungan, dengan cara dimasukkan dalam polybag, kemudian diletakkan di tempat teduh dan dirawat.
Media persemaian menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Setelah dirawat selama 3 bulan, dan tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan yang baik, tanaman dapat dipindahkan kelapangan.

2.    Setek
Cabang yang disetek adalah cabang yang tua dan setengah tua. Cabang yang akan dijadikan bahan stek harus sehat, tidak mengalami defisiensi nitrogen. Tanda yang tampak adalah dengan menguningnya daun bagian bawah. Kandungan nitrogen yang kurang dalam jaringan tanaman akan berakibat sulitnya pertumbuhan akar. Oleh karena itu cabang yang harus dipilih harus memiliki daun berwarna hijau.
Pemotongan setek, panjangnya bervariasi antara jenis yang satu dengan yang lainnya, umunya berkisar antara 10-30 cm. setek mangga panjangnya sekitar 10-20 cm, sedangkantanaman lainnya berkisar antara 20-30 cm. selain kriterian panjang setek, dapat pula dilakukan dengan melihat jumlah mata tunas. Setiap setek memiliki jumlah mata tunas berkisar antara 3-5 buah. Untuk memudahkan tumbuh akar, pangkal stek diberi zat perangsang tubuh (ZPT). ZPT yang berbentuk serbuk dilarutkan dulu dalam alcohol 95%, kemudian di encerkan.
Pangkal stek direndam dalam larutan yang telah disediakan, setelah itu dapat dibungkus dengan tanah lempung, kemudian meletakkan stek ke wadah atau bedengan, dengan jarak tanaman 10x5 cm. media stek harus selalu dijaga kelembabannya dengan cara menyungkup dan menyirami media. Kelembaban yang terjaga mengurangi terjadinya transpirasi tanaman, sehingga membuat stek dapat bertahan lama.

3.    Sambung (grafting)
Penyambungan ini memiliki kelebihan yaitu tanaman baru lebih baik dari induknya. Tanaman hasil penyambungan memiliki perakaran yang lebih baik, mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga penampilan tanaman ditempat baru lebih baik. Tanaman yang memiliki perakaran yang baik digunakan sebagai batang bawah, sedangkan tanaman yang memiliki buah dan daun yang dapat dikonsumsi digunakan sebagai batang atas. Untuk tanaman yang diambil hasilnya dari batang bawah seperti singkong maka batang bawah dari singkong biasa sedangkan untuk batang atas dari singkong karet.
Macam-macam teknik penyambungan :
1.    Penyambungan teknik cemeti
2.    Penyambungan teknik bangku
3.    Penyambungan teknik V


Cara penyambungan yaitu :
              i.       Pilihlah pohon induk yang akan disambung (batang singkong karet dan singkong biasa)
             ii.       Gunakan cutter atau pisau okulasi yang tajam untuk membuat irisan sesuai teknik yang dikehendaki, seperti teknik cemeti, bangku maupun huruf “V”.
            iii.       Sambungkan kedua stek tersebut dan ikatlah dengan tali raffia atau plastic.
           iv.       Tanam stek pada media yang telah disiapkan
Buang setiap tunas yang tumbuh dari batang bawah.

4.   Okulasi (budding)
Tahapan okulasi sebagai berikut:
a.   Mengiris batang bawah
Untuk pengirisan batang bawah tergantung dari cara okulasi. Misalnya jenis okulasi bentuk huruf T. irisan dibuat pada kulit yang halus, pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah membentuk huruf T.
b.   Mengambil mata tunas
Ambil mata tunas seperti yang dikehendaki, kemudia dipotong segitiga. Kemuai letakkan mata tunas ke dalam irisan berbentuk huruf T. setelah itu tempelan diikat dengan tali raffia atau plastic gula.
c.   Setelah 2 minggu, akan terlihat mata tunas masih berwarna hijau, maka dapat dilakukan pembukaan ikatan.
d.   Pemotongan dilakukan pada batang pokok setinggi 10 cm dari mata tunas, apabila pertumbuhan tunas kurang kuat.
e.   Batang setinggi 10 cm dari mata tunas dapat dimanfaatkan untuk mengikat tunas yang kurang kuat pertumbuhannya. Setelah pertumbuhan tunas sudah kuat maka kayu yang berada diatas mata tunas sepanjang 10 c, dipotong, sehingga hanya tinggal 1 cm.
f.    Bila tunas kuat, maka pemotongan batang pokok setinggi 1 cm dari mata tunas.

3.4    Pengamatan yang dilakukan.
Cangkok
1.   Waktu akar terlihat pada permukaan bungkus cangkok (hari setelah pencangkokan).
2.   Ketahanan setelah pindah tanam (hari setelah penanaman di polybag).
Stek
1.   Muncul tunas pertama (hari setelah tanam).
2.   Jumlah tunas yang tumbuh.
3.   Tinggi masing-masing tunas.
Sambung
1.   Muncul tunas pertama (hari setelah tanam).
2.   Jumlah tunas yang tumbuh.
3.   Tinggi masing-masing tunas.
4.   Aoakah terjadi persenyawaan antara batang bawah dengan batang atas.


Okulasi
1.   Apakah terjadi persenyawaan antara mata dengan batang.
2.   Waktu muncul tunas.
3.   Tinggi tunas.

IV.    Hasil Pengamatan.
v  Cangkok
-       Tanaman yang digunakan : Rambutan
-       Kondisi : tumbuh akar pada bagian yang dicangkok
-       Lama tumbuh akar sampai terlihat : 2 minggu
-       Cara kerja :
Ø  Pilih cabang yang baik.
Ø  dikupas kulitnya kemudian dibersihkan kambiumnya
Ø  tunggu sehari
Ø  setelah kering, lumuri dengan Rooton F yang telah dicairkan.
Ø  Tempelkan tanah kemudian dibalut dengan plastik dan diikat.

v  Setek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar